Tahnik dan Mendoakan Keberkahan Ketika Anak Itu Lahir
TAHNIK تحنيك DAN MENDO’AKAN KEBERKAHAN KETIKA ANAK ITU LAHIR
Oleh
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
Tahnik تحنيك ialah : “Mengunyah sesuatu”[1] kemudian meletakkan/ memasukkannya ke mulut bayi lalu menggosok-gosokkan ke langit-langit (mulut) nya. Dilakukan demikian kepada bayi agar supaya ia terlatih terhadap makanan dan untuk menguatkannya. Dan yang patut dilakukan ketika mentahnik hendaklah mulut (bayi tersebut) dibuka sehingga (sesuatu yang telah dikunyah) masuk ke dalam perutnya. Dan yang lebih utama (ketika) mentahnik ialah dengan kurma. Dan kalau tidak ada kurma dengan sesuatu yang manis dan tentunya madu lebih utama dari yang lainnya (kecuali kurma)”.
Demikan keterangan Ibnu Hajar di Fat-hul Baari Kitabul ‘Aqiqah. Menurut Imam Nawawi bahwa tahnik ini termasuk sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kesepakatan para ulama (Lihat syarah Muslim Kiatbul Adab).
Saya berkata : Adapun hukumnya sunat tidak wajib dan waktunya ketika anak ini lahir atau sehari sesudahnya dengan melihat zhahirnya hadits dan hikmah yang terdapat pada tahnik yaitu latihan terhadap makanan dan untuk menguatkan tubuhnya. Meskipun demikian kalau dilakukan beberapa hari sesudah kelahiran tidak mengapa hanya saja kurang utama. Wallahu a’lam.
Sedangkan yang dimaksud dengan mendo’akan keberkahan [2] ketika anak itu lahir dan waktunya sesudah tahnik ialah misalnya dengan ucapan
Baarakallahu fihi : با رَكَ الله فِيهِ = “Berkah Allah kepadanya”
Atau dengan ucapan.
Allahumma baarik fihi : اللَّهُمَّ بَارِكْ فِيهِ = “Ya Allah berkahilah dia” [3]
Atau dengan do’a yang kita atur sendiri dengan bahasa kita yang maksudnya memohon kepada Allah agar anak yang baru lahir itu mendapat keberkahan-Nya.
Dalil dari dua masalah di atas (tahnik dan mendo’akan keberkahan) banyak sekali diantaranya.
1. Hadits Abu Musa
2. Hadits Anas bin Malik tentang kiash Abu Thalhah dan istrinya Ummu Sulaim
3. Hadits Asma’ binti Abi Bakar Ash-Shiddiq ketika melahirkan anaknya Abdullah bin Zubair.
Ketiga hadits diatas telah saya turunkan di fasal ke 20 masalah yang pertama “waktu memberi nama kepada anak”.
4. Hadits Aisyah.
عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – قَالَتْ أُتِىَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِصَبِىٍّ يُحَنِّكُهُ ، فَبَالَ عَلَيْهِ ، فَأَتْبَعَهُ الْمَاءَ
“Dari Aisyah, ia berkata, “Didatangkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang bayi laki-laki beliau mentahniknya, lalu bayi itu mengecinginya, kemudian beliau memercikkannya dengan air”
Hadits shahih dikeluarkan oleh Bukhari (no. 5468) dan Muslim (I/163-164). Lafadz hadits ini oleh Bukhari. Dan dalam lafadz Muslim sebagai berikut.
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يُؤْتَى بِالصِّبْيَانِ فَيُبَرِّكُ عَلَيْهِمْ وَيُحَنِّكُهُمْ فَأُتِىَ بِصَبِىٍّ فَبَالَ عَلَيْهِ فَدَعَا بِمَاءٍ فَأَتْبَعَهُ بَوْلَهُ وَلَمْ يَغْسِلْهُ
“Dari Aisyah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di datangkan kepada beliau beberapa bayi kemudian beliau mendo’akan keberkahan atas mereka dan mentahnik mereka. Lalu dibawa kepada beliau seorang bayi laki-laki, lalu bayi itu kencing dipangkuan beliau, kemudian beliau meminta air dan memercikkannya ke kencing bayi tersebut dan beliau tidak mencucinya” [4]
[Disalin dari kitab Menanti Buah Hati Dan Hadiah Untuk Yang Dinanti, Penulis Abdul Hakim bin Amir Abdat, Penerbit Darul Qolam Jakarta, Cetakan I – Th 1423H/2002M]
_______
Footnote
[1]. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mentahnik dengan kurma dan jika tidak dilakunyah boleh dilembutkan dengan tangan dengan cara melembekkannya (memencet-mencet kurma tersebut).
[2] Yang dimaksud dengan barakah ialah : “Tetapnya kebaikan dan banyaknya kebaikan”. An-Nawawi di Syarah Muslim dan Syaikh Utsaimin di kitabnya Qaulul Mufid “Ala Kitabit Tauhid bab tabarruk.
[3] Ibnu Hajar di Fat-hul Baari (no. 3909)
[4]. Lihat fasal “Hukum Kencing Bayi”
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/1525-tahnik-dan-mendoakan-keberkahan-ketika-anak-itu-lahir.html